How To Separate Learning Myths from Reality by Artin Atabaki, Stacey Dietsch, & Julia Sperling (2015)

Artikel ini diambil dari McKinsey Quarterly yang terbit pada bulan Juli 2015. Ini merupakan terjemahan bebas saya. Enjoy 🙂

Bagaimana Memisahkan Mitos Belajar dengan Kenyataan yang Sesungguhnya

Pengetahuan umum yang selama ini kita ketahui selama ini terkait perkembangan otak manusia dalam hubungannya dengan proses belajar ternyata banyak yang salah. Misalnya, kapasita belajar otak ketika masa kanak-kanak cenderung lebih baik dan lebih powerful ketimbang masa dewasa yang sudah cenderung stagnan. Atau misalnya lagi, setengah dari otak kita itu tidak aktif di waktu-waktu tertentu atau ketika sedang mengerjakan pekerjaan tertentu. Atau misalnya lagi, kita hanya bisa belajar efektif jika sesuai dengan gaya belajar kita masing-masing. Ternyata semua itu banyak yang salah ketika metode analisa kerja otak manusia di zaman modern ini semakin canggih dan maju. Artikel ini akan membahas mitos-mitos yang selama ini kita ketahui tentang otak dan belajar manusia yang ternyata salah kaprah, berkat kemajuan teknologi saat ini. Hal ini penting mengingat ada hubungan yang cukup erat antara miskonsepsi tentang cara kerja otak ini dengan program-program pelatihan di perusahaan.

Mitos 1 : Masa Perkembangan Otak Paling Efektif ada di Masa Kanak-Kanak

Kita udah sering denger kalo masa-masa paling penting dari pembelajaran manusia itu pas lagi anak-anak khan ya. Hal itu disebabkan karena otak betul-betul berkembang di masa-masa itu. Setelah periode keemasan otak ini berakhir, kita juga tahu bahwa perkembangan manusia jadi gak begitu se-wah ketika masa kanak-kanak. Rupanya, penelitian terbaru membantah asumsi itu.

Penelitian terbaru tentang saraf otak menyebutkan kalo terdapat fenomena yang namanya neuroplasticity (atau kekenyalan/keliattan saraf). Intinya penelitian ini menemukan kalau pengalaman-pengalaman yang dialami oleh manusia seumur hidupnya mampu mengubah struktur fisik otak beserta bagaimana otak itu mengorganisir fungsi-fungsinya. Luar biasa ya ?

Nah, tingkat kekenyalan otak ini menurut para peneliti akan semakin meningkat ketika berhubungan langsung dengan “kesadaran” (mindfulness) manusia. Mindfullness ini maksudnya adalah ketika kita secara betul betul sadar sedang melakukan sesuatu. Misalnya adalah istilah mindful eating, atau makan dengan betul-betul sadar sedang makan, rasanya kita rasakan, bau makanannya kita cium, teksturnya, semuanya kita sadari betul.. Alih-alih kita makan sambil ngobrol sehingga semua itu tidak kita sadari. Nah, otak akan semakin kenyal dan berkembang dengan baik ketika kita mempraktekkan teknik-teknik meditasi sederhana seperti konsentrasi pernafasan. Menurut hasil penelitian, berkonsentrasi kepada proses bernafas kita meningkatkan kapasitas otak kita untuk belajar, mengontrol emosi, dan juga membuat otak lebih merasakan kasih sayang. Peneliti dari Harvard menemukan ketika kita secara rutin mempraktekkan teknik bernafas meditatif ini selama 8 minggu, maka hal itu akan membuat struktur fisik otak berubah secara signifikan dan bisa dibaca oleh MRI.

Perusahaan-perusahaan besar cukup sering mempraktekkan hal ini untuk meningkatkan produktivitas karyawannya berbarengan dengan menurunkan kadar stres karyawannya. Perusahaan seperti General Mills di bidang pangan, bahkan perusahaan digital sebeken Facebook dan Google senantiasa memberikan kesempatan ruang dan waktu bagi setiap karyawannya untuk mempraktekkan teknik meditasi ini, yang mana mendapatkan sambutan hangat dari para karyawannya. Hal ini telah beberapa kali terbukti mampu meningkatkan performa kerja setiap karyawan yang melakukannya.

Contoh lebih detail datang dari perusahaan asuransi kesehatan yang bernama Aetna. Aetna mengadakan kelas yoga dan meditasi gratis untuk semua karyawannya. Dilaporkan kemudian, karyawan yang rutin mengikuti kelas ini berkurang kadar stress-nya hingga 28% dan produktivitas mereka meningkat menjadi 62 menit per minggu—yang apabila diterjemahkan ke dalam nominal, produktivitas ini berharga senilai $3000 per karyawan per tahun. CEO Aetna, Mark Bertolini tercengang dengan tingkat ketertarikan karyawannya mengikuti kelas gratis ini. Hingga hari ini lebih dari seperempat karyawan Aetna yang jumlahnya 50,000 itu secara rutin mengikuti minimal satu kelas yoga dan meditasi. Pemimpin seperti Bertolini ini sadar betul pentingnya menyediakan fasilitas bagi karyawan untuk membantu mereka lebih fokus dan mindful untuk meningkatkan lingkungan kerja yang lebih kondusif dalam rangka peningkatkan performa kerja.

Mitos 2 : Idle-Brain Theory

Maksud dari idle-brain theory adalah yang mengatakan bahwa ada satu atau beberapa bagian otak yang tidak bekerja ketika kita sedang beraktivitas. Riset yang dilakukan di UK dan di Belanda mengungkapkan hampir 50% guru percaya bahwa teori ini memang sudah terbukti benar secara sains. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa apapun yang sedang dilakukan oleh seseorang, seluruh bagian dan fungsi otak bekerja. Dan tergantung dari akvitiasnya, beberapa bagian otak bekerja lebih aktif ketimbang bagian lainnya.

Intinya, seseorang selalu bisa belajar sesuatu yang baru bukan dengan cara mengakses bagian yang jarang digunakan pada otak, tetapi dengan cara membuat koneksi baru dan memperkuat koneksi antar neuron yang ada di otak.

Pemahaman ini terutama menjadi sangat relevan ketika situasi-situasi pembelajaran otak tengah berlangsung (seperti ketika seseorang mengikuti training, kuliah, seminar, atau apapun). Kita semua mungkin pernah mengalaminya. Di tengah-tengah sesi pelatihan atau kelas-kelas, kita kerap terpancing untuk mengecek hp kita untuk email, sms, atau text apapun atau melakukan apapun yang menjauhkan fokus kita kepada materi pelatihan. Masalahnya di sini adalah multi-tasking membuat otak bagian memori bekerja sangat keras, karena otak bagian penyimpanan memori ini bekerja dua pekerjaan sekaligus. Hal ini menyebabkan sulitnya otak menerima informasi pelatihan yang baru karena terganggu dengan aktivitas lain. Pendeknya, multi-tasking dan belajar tidak bisa dikerjakan sama-sama kalau mau efektif.

Beberapa perusahaan telah membangun lingkungan tempat belajar yang sebegitu mendukung pembelajaran dengan sama sekali mengeliminasi distraksi. Di McKinsey juga diterapkan satu area training di mana setiap peserta yang masuk diharuskan menyimpan gadget komunikasinya di loker masing-masing agar proses pembelajaran dapat berlangsung maksimal.

Mitos 3 : Gaya Belajar dan Dikotomi Otak Kiri dan Kanan

Sudah lumrah bagi kita untuk memahami bahwa ada sebagian orang yang dominan otak kiri (analitis) dan dominan otak kanan (kreatif). Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa dikotomi ini sama sekali salah. Kedua bagian otak ini dalam aktivitas apapun senantiasa berhubungan dan bekerja berbarengan. Mereka tidak bekerja secara terisolir bergantung pada kegiatan apa yang tengah dilakukan (apakah pekerjaan analitis atau pekerjaan kreatif). Penelitian terbaru menolak anggapan bahwa setiap orang memiliki gaya belajar dan preferensinya sendiri-sendiri. Penelitian terbaru ini lebih menyarankan supaya pembelajaran berlangsung lebih efektif, maka semua indera manusia agar lebih banyak dilibatkan (audiovisual, indera peraba, indera penciuman, dll).

Satu perusahaan yang menerapkan konsep pembelajaran yang melibatkan hampir seluruh indera adalah KFC. KFC mengembangkan modul pelatihan customer service bagi karyawannya dalam bentuk video game. Video-game ini menempatkan karyawan berperan sebagai kasir dan penerima order dari pelanggan termasuk berreaksi terhadap reaksi-reaksi pelanggan yang sudah diset sebelumnya (kayak Dinner Dash ?). Setelah sesi bermain video-game ini selesai, karyawan akan menerima feed-back dari performa-nya di video game dan menerima coaching untuk semakin memperkuat pengalaman pembelajarannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.