Manusia seumur hidup gak berhenti diuji integritasnya. Setiap hari. Setiap saat. Kalau pun gak ada orang lain yg ngeh, keutuhan pribadi itu tetep diawasi oleh sang hakim yg ada di dalam diri sendiri.
Konsekuensi dari sistem “free will” yg di-install ama Tuhan. Kita sebagai manusia jadi selalu punya pilihan untuk melenceng dari apa yg sudah kita janjikan keluar.
Or is it ?
Jadi inget bukunya “The God’s Debris” yg bilang kalo kebebasan memilih yg dianugerahkan sama manusia itu gak lain gak bukan adalah ilusi semata.
Ilusi yg diciptakan untuk membuat manusia berpikir kalau dia-lah yg sesungguhnya memegang kendali dalam kehidupannya.
Ilusi yg didesain untuk membuat manusia berpikir kalau dirinya-lah yg menentukan nasibnya sendiri.
Salah satu gagasan dari “The God’s Debris” yg paling mengguncang nalar adalah ketika ada pertanyaan :
“Jika Tuhan Maha Mengetahui segalanya, maka apakah Dia mengetahui nasib-Nya sendiri ?”
Pemikiran yg menarik sekaligus mengganggu. Belum baca sampe selesai karena abstraksi buku itu masih sulit untuk dicerna.
Anyhoo, balik lagi ke integritas, itu kayanya jadi isu sentral kebanyakan orang saat ini. Termasuk saya.
Susah jadi manusia itu.
Akhir-akhir ini saya jadi makin paham kenapa Muhammad SAW pernah bilang kalau peperangan terbesar terjadi di dalam diri manusia itu sendiri. Karena peperangan ini berlangsung seumur hidup, dan setiap saat. With a little break. And occured oftenly when you are at least expected it.
I am my own worst enemy.